Raja Yordania, memperingatkan Pemerintah
Israel untuk berhenti melakukan provokasi lebih lanjut dengan menyerang masjid al-Aqsa di Yerusalem. Dengan alasan menjaga ketertiban di Masjid pada Tahun Baru Yahudi, Polisi
Israel bergerak masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa di hari Minggu. Hal itu mereka lakukan setelah menerima laporan bahwa para pengunjuk rasa hendak mengusik kunjungan para jemaat Yahudi dan turis ke wilayah itu.
Akibatnya bentrok pecah antara polisi dan warga
Palestina yang berusaha mempertahankan Masjid al-Aqsa selama tiga hari berturut-turut. "Setiap provokasi lainnya di Yerusalem akan mempengaruhi hubungan antara Yordania dan
Israel,."Sayangnya Yordania tidak memiliki pilihan lain kecuali mengambil tindakan," katanya. Yordania memiliki perjanjian damai dengan
Israel di tahun 1994, setelah perang Teluk yang pecah pada tahun 1967.
Seperti diberitakan sebelumnya, bentrok antara polisi
Israel dengan warga
Palestina di Masjid al-Aqsa, Yerusalem memasuki hari ketiga. Polisi bersenjatakan granat kejut dan gas air berusaha untuk membubarkan warga yang melakukan barikade di plaza luar masjid yang dianggap sakral oleh umat muslim tersebut.
Dua puluh enam warga
Palestina terluka dalam bentrokan terbaru, namun tak seorangpun dalam kondisi serius, menurut Direktur Bulan Sabit Merah
Palestina unit gawat darurat, Amin Abu Ghazaleh.
Bentrokan menyebar ke wilayah lain dari kota tua, namun tak ada korban. Hal itu sontak membangkitkan kemarahan umat Muslim, yang dilarang memasuki plaza sejak
Israel merebut Yerusalem Timur, dan Kota Tua dalam perang Timur Tengah 1967.
Israel menganggap seluruh wilayah Yerusalem sebagai ibukota tak terpisahkan dan abadi dari negara mereka. Klaim tersebut tidak diakui secara internasional.
Pemerintah Amerika Serikat dan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon menyatakan prihatin dengan kekerasan yang terjadi di Masjid al-Aqsa.
(sumber)
0 Comments