Presiden Joko Widodo, tak ubahnya seperti cerita wayang ‘Petruk Dadi Ratu,’ bukan satrio piningit seperti harapan rakyat. Dia tidak tahu apa-apa tetapi dikelilingi oleh orang-orang yang mau apa-apa dengan berbagai kepentingannya sendiri.
“Jokowi nggak ngerti apa, tanda tangan perpres aja berkali-kali diralat dengan alasan gak baca. Sekarang ini ada proyek gede-gedean, dia juga nggak ngerti apa-apa,” kata penganut aliran spiritual Permadi kepada TeropongSenayan, Minggu (13/9/2015).
Kalau mau jujur, lanjut Permadi, yang bisa dilakukan Jokowi memang urusan setingkat walikota ke bawah. Misalnya bagi sembako, bagi buku tulis, bagi seragam, bag-bagi kartu berobat, kalau ada anggaran yang bagi-bagi duit.
“Itu juga difahami bawahannya, makanya belakangan ini dia dikasih mainan biar terlihat sibuk tiap hari, sering bagi-bagi sembako, buktu tulis, beras. Ya memang itu daripada bikin salah,” ujarnya.
Kalau diajak omong soal ekonomi makro, mikro, listrik 35 ribu megawat, kereta cepat dan yang berat-berat, Jokowi gak akan sampai dan justru bikin gaduh. Makanya sekarang kalau bicara yang agak rawan dia dibekali contekan.
Tidak ada kebijakan Jokowi yang menguntungkan rakyat. “Apa coba kereta cepat, akhirnya jadi masalah karena memang tidak perlu dan dibatalkan. Listrik 35 ribu megawatt, ternyata butuhnya cuma 16 ribu. Semua ini hanya untuk balas jasa bagi orang-orang di sekelilingnya agar senang-senang dengan proyek-proyek itu,” tambah Permadi.
Kalau kondisinya begini terus, ujar Premadi, tinggal menunggu revolusi rakyat. Nanti pada saatnya rakyat akan memulai, dolar sudah Rp14.300, kebutuhan sudah melonjak, lama-lama rakyat bisa nggak tahan
(sumber)
0 Comments